Selasa, 13 Desember 2011

Tumbuhan yang di Pergunakan Untuk Bahan Bangunan Tradisional Bali Khususnya Merajan/Pelinggih


Kayu untuk bahan bangunan di Bali dibedakan menurut kelompok kesakralan yang dikandung dalam pohon asal kayu itu. Di Lontar Bhuwana Kosa dan Lontar Wrhaspati Tattwa dinyatakan bahwa Ida Sanghyang Widhi yang bermanifestasi sebagai Bhatara Brahma menciptakan isi bumi melalui tahapan proses sebagai berikut: Setelah air laut disurutkan melalui pembentukan es di kutub utara dan di kutub selatan, maka muncullah daratan.Di atas daratan diciptakanlah pertama kali, pohon dan tumbuh-tumbuhan; setelah itu menyusul binatang pemahan tumbuh-tumbuhan; kemudian binatang pemakan binatang, dan terakhir, manusia.
Pohon-pohonan yang diciptakan-Nya berurutan dengan nama gelar:
  1. Pohon Prabu, misalnya: cendana (santalum album), wangkal (albizia procera), majagau (dysoxylum caulostachyum), dan nangka (artocarpus heterophyllus)
  2. Pohon Patih, misalnya: menengen (exoecaria agallocha), kutat (planchonia valida), dan jati (tectona grandis)
  3. Pohon Arya, misalnya: cempaka (michelia champaca), belalu (albizia chinensis), dan sentul (sandoricum koetjapi)
  4. Pohon Demung, misalnya: bentenu (melochia arborea), dan teep (artocarpus altilis)
  5. Pohon Tumenggung, misalnya: suren (toona sureni), dan bayur (ptrospermum javanicum)
Agar bangunan mempunyai kekuatan magic yang didasari kesucian sehingga penghuni atau pengguna bangunan mendapatkan kebahagian, ketentraman, kenyamanan, dan keselamatan, maka penggunaan kayu yang berasal dari pohon-pohon tersebut di atas diatur.
Namun ketentuan-ketentuan di atas, khususnya untuk bangunan perumahan hanyalah sesuai bila rumah dibangun dengan style Bali yang khas. Untuk bangunan tidak menggunakan style Bali, ketentuan tentang pemilihan jenis kayu di atas tidak mengikat. Sedangkan berdasarkan sastra asta kosala- kosali Bahan kayu Parhyangan yaitu kayu yang dapat digunakan di tempoat suci, seperti sanggah/ merajan ataupun pura seperti:

A.  Cendana (Santalum album L.)

Kayu cendana juga sangat disakralkan oleh masyarakat Bali, dimana kayu cendana (Santalum album L.) ini digunakan dalam pembuatan pelinggih karena kayu ini menghasilkan aroma yang sangat wangi, sehinngga kayu ini bagus untuk digunakan di tempat-tempat suci. Selain digunakan dalam pembuatan pelinggih, kayu cendana ini juga dapat digunakan dalam pembuatan pratima, dimana kayu ini merupakan peragan dari bhatara Paramasiwa. Dalam klasifikasi kayu menurut orang Bali, kayu cendana ini termasuk golongan kayu prabu, artinya kayu ini biasanya digunakan untuk membuat langit-langit dalam suatu pelinggih.
termasuk kedalam jenis kayu kelas istimewa. Sebab selain memiliki struktur kayu yang sangat kuat, juga memiliki aroma kayu yang sangat harum. Adanya aroma yang harum ini disebabkan karena sel-sel penyusunya menghasilkan zat-zat ergastik berupa produk sisa yang tidak bernitrogen, yaitu berupa minyak esensial. Minyak esensial (minyak atsiri) merupakan minyak yang mudah menguap, sehingga menghasilkan aroma yang khas.
Kayu cendana ini termasuk kayu yang kuat karena kayu ini memiliki jaringan sklerenkim yang berkembang sangat baik,dengan dinding selnya mengalami penebalan lignin. Kayu ini berwarna coklat dengan tekstur kayu yang agak halus. Arah serat yang lurus atau bergelombang. Memiliki permukaan licin dan agak mengkilap. Kayu cendana memiliki pembuluh kayu yang tersebar dengan adanya perforasi dan adanya noktah. Pada parenkim aksial terdapat adanya silika. Serat sebagian bersekat dengan dinding yang tipis sampai yang tebal.

Klasifikasi ilmiah:
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
S. album
Santalum album
L.




















B.  Kayu Cempaka (Michelia champaca L.)

KLASIFIKASI
Kingdom         : Plantae                                             
Divisi               : Magnoliophyta
Kelas               : magnoliopsida
Ordo                : Magnoliales
Family             : Magnoliaceae
Genus              : Michelia
Species            : Michelia Champaca Linn

Kayu cempaka (Michelia champaca L.) banyak digunakan dalam pembuatan pelinggih karena kayu ini memiliki aroma yang wangi. Kemudian bunga dari bunga ini biasanya digunakan untuk keperluan upacara keagamaan. Selain itu, kayu cempaka ini merupakan kayu peragan bhatara Siwa. Biasanya yang diguanakan adalah jenis cempaka kuning, dan kayu yang pohonnya yang sudah usianya lebih dari 10 tahun. Menurut klasifikasi kayu menurut masyarakat Bali, kayu cempaka ini termasuk kayu golongan arya, artinya kayu ini biasanya digunakan dalam membuat ”lambang atau ige-ige”.
Merupakan jenis kayu yang awet. Sebab sel-sel penyusun kayu cempaka ini mengandung zat tanin yang berfungsi sebagai pencegah terhadap kerusakan, pelapukan dan serangan rayap atau hama lainnya. Arah serat kayu cempaka ini lurus dan agak bergelombang. Disamping itu sel-sel pada kayu cempaka ini juga menghasilkan hasil metabolit berupa minyak atsiri yang merupakan minyak yang mudah menguap. Minyak ini biasanya akan menghsalikan aroma yang khas pada kayu cempaka ini, sehingga kayu ini akan beraroma harum. Struktur jaringan kolenkim dan sklerenkim juga mendukung kayu cempaka ini. Kayu ini sangat kuat. Ditijau dari parenkim aksial, ditemukan adanya kristal dan silika yang merupakan produk sisa dari hasil metabolisme.
Kayu cempaka memiliki pembuluh kayu yang tersebar, berbentuk lonjong. Sel-sel penyusun pembuluh xilemnya mengalami penebalan tipe skalariform, dengan adanya noktah antar pembuluhnya. Parenkim aksial berupa parenkim apotrakeal tersebar atau berkelompok yang berada diantara serat. Kayu cempaka memiliki serat yang tidak bersekat, memiliki dinding sel mulai dari yang tipis sampai yang mengalami penebalan.


C.   Majagau (Dyxoxylum caulostachyum)



KLASIFIKASI
Kerajaan          : Plantae (Tumbuhan);
Subkingdom    : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh);
Super Divisi    : Spermatophyta (Menghasilkan biji);
Divisi               : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga);
Kelas               : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil);
Sub Kelas        : Rosidae;
Ordo                : Sapindales;
Famili              : Meliaceae;
Genus              : Dysoxylum;
Spesies            : Dysoxylum densiflorum Miq.

 Majegau yang dalam bahasa latin disebut Dysoxylum densiflorum merupakan flora (tumbuhan) identitas provinsi Bali mendampingi Jalak Bali sebagai fauna identitas. Pohon majegau yang sering disebut juga sebagai cempaga merupakan anggota famili Maleaceae (suku mahoni-mahonian). Tanaman ini memiliki kualitas kayunya yang baik sehingga di Bali banyak dimanfaatkan sebagai bahan bangunan (terutama bangunan-bangunan suci) dan sebagai bahan kerajinan ukiran.
Dimana kayu ini banyak digunakan karena kayu ini memiliki aroma yang sangat wangi. Kayu ini digolongkan kedalam jenis kayu Demung. Dimana kayu ini biasanya digunakan untuk membuat sesaka. Kayu majegau ini dalam pembuatan pretima, merupakan peragan dari Sadasiwa.
Majegau mempunyai batang yang keras dan awet. Lantaran itu, di Bali, tanaman batang tanaman ini sering dimanfaatkan sebagai bahan pembangunan pura, tiang rumah dan sebagai bahan kerajinan ukir-ukiran. Batang majegau dipercaya sebagai simbolisasi Bhatara Sadasiwa. Kayu majegau juga sering digunakan sebagai kayu bakar upacara karena memiliki bau yang harum. Selain itu, majegau juga berpotensi sebagai obat, khususnya untuk mengobati penyakit sulit buang air, meskipun untuk itu masih membutuhkan penelitian yang lebih lanjut.

2 komentar:

  1. Jadi itu ya alasannya Pohon Cendana digunakan sebagai bahan bangunan di bali. Thanks ya kak untuk informasinya

    BalasHapus
  2. Tapi lisannya
    A kayu manis
    B jambu monyet
    C pohon jati
    D tebu

    BalasHapus